MASA DEPAN

SIJB
2 min readOct 13, 2018

--

dok. milik pribadi

Masa depan akan berbicara sukses di masa depan, bukan saat ini. Di keadaan sekarang yang dibutuhkan hanyalah kekuatan untuk membangun jalan menuju masa depan yang dicita-citakan. Sukses memang ukuran dari usaha-usaha yang telah dijalani selama ini. Bahasa umumnya berproses. Sejauh mana kita melibatkan diri dalam keseriusan, kekonsistenan, dan menjaga rasa percaya diri bahwa sukses itu masalah waktu saja selama kita benar-benar memperjuangkannya.

Siswa SIJB sejatinya adalah pejuang. Mereka hidup tidak sekadar di garis kemiskinan, namun juga ketidakpastian identitas. Banyak diantara mereka lahir dengan kondisi tidak diinginkan. Namun takdir membawa mereka bertahan dan terus menjalani kehidupan. Hidup memang keras. Jika kita lunak akannya, hidup akan seterusnya keras.

SIJB tidak memiliki SMA, sehingga setiap siswa yang menyelesaikan bangku SMP dihadapkan dua pilihan berat. Apakah tetap bertahan di Johor dan menjadi pekerja seperti orang tua mereka atau pulang ke Indonesia dengan tetap menyalakan mimpi mereka untuk sukses di masa depan. Tentu mereka tak ingin terus menerus berada di ruang ketidak layakan hidup. Terpinggirkan dan tak berpendidikan. Derajat mereka harus naik kelas kelak. Tak harus cepat. Mereka butuh proses yang panjang untuk menjadi dewasa.

Beberapa hari lalu muncul seorang pemilik pesantren di daerah Pandeglang-Banten. Namanya ibu Siti Saidah. Ia membawa angin segar bagi siswa siswa kelas IX. Dalam hitungan bulan mereka sudah akan lulus dari SIJB. Selanjutnya apa? Itu yang menjadi pertanyaan berat bagi mereka. Arah belum jelas. Namun ibu Siti Saidah menawarkan hal yang tidak mereka sangka. Mungkin juga para guru di SIJB tidak menyangka jika di hari yang terik itu akan muncul seorang perempuan yang memiliki kepedulian lebih di dunia pendidikan. Hidup miskin berpuluh tahun yang lalu membuatnya ingin balas dendam untuk menyelamatkan anak-anak yang memiliki nasib serupa miliknya dulu.

Siswa kelas IX dikumpulkan di dalam aula. Mereka dipertemukan dengan ibu Siti Saidah. Mereka mendengarkan secara saksama apa yang ibu Siti Saidah sampaikan. Ibu Siti Saidah seorang pengusaha di berbagai bidang juga sebagai pemilik pesantren Al-Ihyah yang berdiri tegak di sebuah pegunungan di Pandeglang. Ibu Siti Saidah menawarkan mereka untuk ikut dengannya saat lulus nanti untuk bersekolah di pesantrennya. Tak hanya sekolah, mereka juga akan dibekali keterampilan hidup. Pesantren tapi berjalan seperti SMK. Saat lulus mereka akan menjadi tenaga kerja siap pakai. Selama menjalani kehidupan pesantren mereka akan sambil mengerjakan produk yang hasil keuntungannya akan masuk ke kantong mereka. Kemudian ditabung sebagai bekal mereka memasuki dunia perkuliahan.

Tawaran pulang dari ibu Siti Saidah tanpa dipungut biaya sedikit pun. Ongkos perjalanan mereka pun sepenuhnya akan menjadi tanggungjawab ibu Siti Saidah. Mereka hanya diminta untuk serius belajar dan tidak cengeng ketika berani menerima tawaran ibu Siti Saidah.

Pada akhirnya keputusan akan kembali ke mereka. Apakah berani keluar dari Johor dan memulai kehidupan baru di Indonesia atau tetap tinggal dengan kehidupan yang tidak pasti? Tanpa masa depan, tanpa status kewarganegaraan.

--

--

SIJB

Kami lebih dari sekadar sekolah, kami adalah keluarga