ADA LARANGAN DI SEKOLAH
Sekolah menuntut agar hidupnya diberi napas yang lebih panjang.
Lonceng sekolah bukan lagi penanda ada sesuatu yang perlu diperhatikan maunya.
Sekolah tidak bisa mengukur dirinya sendiri sejauh mana ia telah memberi.
Apakah setiap pemberian harus ditakar-takar?
Lalu apakah kata ikhlas tidak difungsikan lagi sebagaimana ia diciptakan untuk melepaskan tanpa menyinggung kembalian?
Sekolah adalah rumah yang jujur. Ia memberikan apa yang tidak kita harapkan. Masa depan yang mengejutkan, kehidupan yang mandiri, dan hal-hal yang sulit disebutkan saat ini.
Di taman sekolah anak-anak gemar melihat bunga-bunga. Mereka memandang keindahan yang tak bisa disentuh sebab larangan dari ketua sekolah.
Anak-anak mencari tahu kenapa tidak boleh begini dan begitu. Padahal dunia ini jika tidak dicoba untuk melakukan hal baru, mereka akan tersesat pada batas yang itu-itu saja.
RESAH DI DADA IBU
Kita rutin menitipkan kenangan pada ingatan.
Padahal ingatan adalah benang yang kusut.
Disulamnya cerita-cerita suram dan dijual di pinggir jalan.
Sekolah tidak bisa lagi menampung air mata. Sudah banyak kesedihan yang lulus tanpa banyak bertanya. Seumpama malam yang melepaskan dirinya agar gelap tidak perlu dituntun untuk pulang. Ia tahu di mana letak rumah.
Anak-anak tidak suka belajar lama-lama. Mereka lebih senang berlari di pekarangan, memetik bunga, dan menginjak rumput. Mereka bahagia melakukan hal-hal yang orang dewasa benci.
Jika Ibu demam ia akan diam dan panas akan hilang tanpa perlu obat apa-apa. Ibu cemas saat anak-anak sembunyi di dalam sarung. Ibu bergegas ke dapur mengambil apa saja yang bisa meredakan resah.
TIDAK ADA LIBUR
Sudah pagi lagi
Mendulang kerja kembali
Kerja keras seperti lembu, dipecut sampai keringat kering
Senin sampai Sabtu macul
Minggu menghitung upah
Tidak ada libur di kalender orang susah
SAFIQ
Safiq membawa bolanya ke sekolah.
Bola plastik itu dibeli minggu lalu, di pasar Pandan.
Senang bukan ampun saat bola itu tiba di rumah. Emak sengaja menghadiahkan Safiq bola plastik. Sebab bocah gempal itu sudah sadar diri mau ikut kelas pak Yusuf.
Pak guru sudah bersabda jika Safiq kambuh lagi, tidak ada kelas baru untuknya.